Maret 29, 2024

Ada banyak istilah yang menggambarkan suatu generasi, misalnya generasi X, milenial, generasi Z, dan seterusnya. Belakangan ini, istilah sandwich generation banyak dibicarakan di kalangan masyarakat.

Sebenarnya, istilah tersebut merupakan istilah lama, tapi kemudian kembali populer di media sosial. Istilah ini sangat erat kaitannya dengan hubungan keluarga, dan juga tidak lepas dari topik keuangan. 

Lalu apa sebenarnya sandwich generation? Kali ini kita akan membahas beberapa fakta tentang sandwich generation untuk kita pahami bersama. Kemudian jika kamu termasuk di dalamnya, kamu lebih memahami.

Baca juga: Abdoel Moeis, Sastrawan yang Jadi Pahlawan Nasional Pertama di Indonesia

Pengertian sandwich generation memang terinspirasi dari bentuk sandwich

Apa Itu Sandwich Generation, Apakah Kamu Termasuk Salah Satunya?

(foto: pixabay)

Kamu pasti sudah tahu bagaimana pada umumnya bentuk sandwich? Sandwich biasanya terdiri dari lapisan roti bagian bawah atau dasar.

Ada isian, bisa berupa keju, tomat, telur, dan sebagainya. Kemudian ada roti lain yang menjadi lapisan atas. Isian tersebut berada di antara dua lapisan roti yang ‘menjepitnya’.

Seperti itulah, kurang lebih ilustrasi untuk sebuah generasi yang menanggung kehidupan orang tua yang masuk dalam kategori lansia dan menanggung pula kehidupan anak-anaknya sendiri.

Lapisan roti atas diibaratkan sebagai orang tua. Isian roti sandwich adalah kehidupan diri sendiri, sedangkan lapisan roti bawah adalah segala tanggungan yang dimilikinya baik dari segi finansial, psikologis, maupun fisik.

Ada pergeseran dalam definisi generasi sandwich dulu dan sekarang

Apa Itu Sandwich Generation, Apakah Kamu Termasuk Salah Satunya?

(foto: pinterest)

Istilah sandwich generation dicetuskan oleh Dorothy Miller dalam sebuah tulisan berjudul The ‘Sandwich’ Generation: Adult Children of the Aging pada tahun 1981. 

Yang menarik adalah bahwa generasi ini biasanya mengacu pada mereka yang berada di rentang umur 40-50 tahun yang memiliki orangtua lansia, dan memiliki anak-anak di bawah umur atau di atas 18 tahun yang belum mandiri secara finansial. 

Tapi, pada zaman sekarang istilah ini mengacu ke orang-orang dengan usia yang lebih muda.

Asalkan mereka punya tanggungan orang tua dan keluarga sendiri, maka sudah bisa disebut sebagai generasi sandwich.

Baca juga: Kisah Raja Hammurabi, Penguasa Babilonia Pembuat Hukum Tertua di Dunia

Ada tiga kelompok demografi sandwich generation

Apa Itu Sandwich Generation, Apakah Kamu Termasuk Salah Satunya?

(foto: pinterest)

Walaupun peneliti global menyebutkan rentang usia sandwich generation seperti yang disebutkan di atas, tetapi ada berbagai skenario situasi yang membuat demografinya terbagi menjadi tiga kelompok.

Hal ini dikemukakan oleh seorang pakar di bidang aging and elderly care, Carol Abaya, sebagaimana dilansir oleh The Senior Living berikut ini:

  • The traditional sandwich generation

Ini adalah golongan orang dewasa di rentang umur 40 tahunan sampai awal 50 tahunan yang berada di tengah-tengah orang tua dan anak-anak mereka yang telah dewasa, dengan kebutuhan dukungan atau bantuan keuangan atau dalam hal lain.

  • The club sandwich generation 

Kategori ini biasanya merujuk pada mereka yang berada di rentang usia 50-60an, yang terjepit di antara orangtua mereka yang lansia, anak-anak dewasa mereka dan mungkin cucu mereka.

Kategori ini juga dapat mengacu pada mereka yang berada di usia dewasa muda (antara 30-40 tahunan) yang memiliki anak kecil, orang tua lansia dan kakek-nenek lansia. 

  • The open-faced sandwich generation 

Kelompok yang terakhir ini mengacu pada siapapun yang secara non-profesional terlibat dalam pengasuhan orang tua dan lanjut usia. Menurut perkiraan, ada kurang lebih 25% individu yang setidaknya pernah melalui fase ini. 

Ada beberapa solusi mendasar yang seharusnya diterapkan sejak awal

Apa Itu Sandwich Generation, Apakah Kamu Termasuk Salah Satunya?

(foto: pixabay)

Ada berbagai sebab munculnya sandwich generation, di antaranya yang paling sering disebutkan adalah kurangnya pendidikan dan pemahaman pengelolaan keuangan dan pola hidup konsumtif. 

Di samping itu, berbagai risiko dapat dialami para orang dewasa yang termasuk sandwich generation, baik dari sisi keuangan, psikis, dan juga waktu. 

Para ahli berusaha menyebutkan solusi untuk risiko-risiko tersebut, seperti dengan memahami manajemen keuangan yang baik, investasi, dan asuransi. 

Terlepas dari risiko dan solusi yang disuarakan, memiliki pola hidup yang tidak konsumtif disertai pengelolaan hidup yang baik adalah kebutuhan mendasar bagi setiap individu.

Selain itu, pemahaman bahwa sejatinya sebagai makhluk sosial akan terus membutuhkan makhluk sosial lain juga perlu dihadirkan kembali agar situasi di atas tidak terlalu menjadi beban dan membawa pengaruh yang negatif.