April 19, 2024

Siapa yang tidak tahu kapur barus? Masyarakat sudah mengenalnya sebagai pewangi yang biasa ditaruh di lemari atau di kamar mandi.

Sejak dahulu sudah digunakan untuk mengusir rayap atau bau yang tidak sedap. Bahkan orang zaman dahulu juga menggunakannya untuk mengawetkan mayat.

Dahulu kapur barus tersedia dalam bentuk kristal, tapi ada juga yang dihaluskan.

Bahannya terbuat dari pohon kamper (Dryobalanops aromatica) yang diambil getahnya. Sekarang, bentuknya beragam, begitu juga warna, ukuran, dan aromanya.

Baca juga: Kisah Maleo Senkawor, Burung Unik yang Setia pada Pasangannya

Barus adalah nama salah satu daerah di Sumatera yang menjadi pusat berkumpulnya saudagar dari berbagai negara

Asal Usul Kapur Barus, Komoditas Asli Indonesia Tercatat di Alquran

(foto: brillio)

Kapur barus terbuat dari bahan cairan hasil ekstraksi pohon kamper yang kemudian dikeringkan. Masyarakat juga sering menyebutnya kamper.

Di daerah Sumatera sendiri, komoditas yang satu ini dikenal dengan istilah haburuan atau kaberun.

Tapi ternyata nama kapur barus lebih populer sampai sekarang karena memang namanya mengacu pada nama kota kecil yang menghasilkan kamper di Sumatera, yaitu Barus.

Seorang penjelajah legendaris Marco Polo juga pernah menceritakan dalam perjalanannya bahwa ia singgah sejenak di Sumatera yang saat itu di bawah pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai itu.

Marco Polo mengagumi salah satu tanaman kamper yang berasal dari daerah Barus.

Lokasi kota Barus, khususnya pelabuhan, memang jadi tempat berkumpul saudagar-saudagar berbagai negara, bahkan sejak awal tahun Masehi.

Barus, Sumatra Utara juga menjadi kota pertama di Indonesia yang menjadi pusat persebaran Islam.

Mumi raja Mesir juga diawetkan dengan kapur barus yang dicampur bahan rempah-rempah

Asal Usul Kapur Barus, Komoditas Asli Indonesia Tercatat di Alquran

(foto: superbangunjaya)

Bangsa yang pertama kali datang ke Barus adalah India, China, dan Arab. Selain tiga negara Asia tersebut, Mesir juga melanjutkan hubungan dagang untuk memperjualbelikan komoditas berharga seperti kapur yang berkualitas.

Karena akan digunakan sebagai pengawet mumi orang-orang penting, mana tidak heran jika harganya sangat mahal. Apalagi lokasinya jauh dari Mesir dan harus melewati perjalanan lintas negara.

Sejak abad ke-7-16 M, pedagang Mesir dan Timur Tengah telah menggunakannya sebagai pengawet mayat.

Pedagang menganggap kualitas kapur dari Sumatera adalah yang terbaik, sehingga para raja dari Mesir juga mengincar produk kapur di Nusantara.

Konon, mumi dari raja Ramses juga diawetkan dengan dibalsem pakai kapur barus dicampur bahan rempah-rempah.

Baca juga: Sejarah Teko Blirik, Dari Belanda Sampai Jadi Identitas Petani

Dahulu termasuk komoditas yang mahal yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit

Asal Usul Kapur Barus, Komoditas Asli Indonesia Tercatat di Alquran

(foto: kumparan)

Sejak beribu tahun yang lalu, getah pohon kamper yang telah mengkristal sudah tercatat sebagai komoditas mahal yang banyak diburu. Hal tersebut tercatat di dalam naskah tua di bidang kedokteran berbahasa Persia abad ke-19 M.

Jika dicampur dengan air kurma hijau dan daun kemangi, dipercaya bisa menyembuhkan mimisan.

Pada kadar tertentu, getah kamper atau air kapur murni juga bisa diminum sebagai obat gangguan usus halus, usus besar, dan asam lambung.

Bukan sembarang zat, larutan air kapur juga diistimewakan dalam Alquran surat Al-Insan ayat 5.

Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.

Air kapur dalam hal ini adalah wewangian yang paling bagus sebagai campuran khamr yang diambil langsung dari mata air.

Sayang sekali karena sekarang tanaman kamper di daerah asalnya sudah terancam punah

Asal Usul Kapur Barus, Komoditas Asli Indonesia Tercatat di Alquran

(foto: pinterest)

Dilansir oleh Detik, penjualannya di pasar internasional sangat fantastis. Per botol kecil yang berisi 6 mm cairan kamper aromaterapi alami bisa dihargai sampai Rp 500 ribu sampai jutaan.

Sayang sekali karena komoditas yang berharga ini mulai langka dan bahkan hampir punah karena penebangan.

Pohon-pohonnya yang mengandung banyak kristal kapur pun berkurang. Padahal kadar kristal setiap pohon tidak sama.

Di Barus sendiri, tanaman kamper sudah tidak mudah untuk ditemukan. IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) menyebut bahwa status pohon kamper termasuk daftar merah yang keberadaannya sudah kritis dan terancam punah.