April 23, 2024

Di alam ini banyak sekali fenomena unik, tidak biasa, dan kadang menakjubkan.

Meskipun tidak semua orang berkesempatan untuk melihat langsung, tapi keberadaan media sosial membuat semua orang mudah mengakses beragam konten terkait fenomena alam yang unik.

Pada akhir tahun 2020, beberapa linimasa media sosial dihebohkan dengan kemunculan foto awan berbentuk topi caping dan menyelimuti gunung. Secara ilmiah, awan yang berbentuk seperti itu disebut awan lenticular.

Kemunculannya pun dihubungkan dengan beragam mitos yang cenderung menakutkan.

Baca juga: Sejarah Lampion, Simbol Budaya Tionghoa di Seluruh Dunia

Awan lenticular yang menyelimuti gunung sering muncul saat pergantian musim

Mengenal Awan Lenticular, Fenomena Alam yang Menyelimuti Puncak Gunung

(foto: gadizalombok)

Saat awan lenticular muncul, tidak sedikit netizen yang mengunggah ulang ke akun media sosial mereka seperti di Instagram, Facebook, dan Twitter.

Semakin banyak yang melihatnya, maka semakin besar ketertarikan orang pada foto awan yang berbentuk unik.

Seperti fenomena alam yang lain misalnya lintang kemukus dan pulung gantung, kemunculan awan yang unik di atas gunung juga dihubungkan dengan beragam mitos mengerikan, walau sebenarnya ada fakta lain yang belum banyak diketahui.

Untuk yang sudah sering menikmati aktivitas di alam bebas atau mendaki gunung, sepertinya tidak asing lagi melihat fenomena awan yang menyelimuti gunung seperti ini.

Tapi untuk yang masih awam, mungkin akan mengundang banyak pertanyaan. Fenomena apa itu sebenarnya? Ternyata awan lenticular sering terjadi pada pergantian musim.

Menandakan bahwa suhu udara puncak gunung lebih dingin daripada biasanya

Mengenal Awan Lenticular, Fenomena Alam yang Menyelimuti Puncak Gunung

(foto: crystalink)

Menurut pakar Klimatologi dan Geofisika, C. Ahrens dalam bukunya Essential of Meteorology (1993) memasukkan awan lenticular ke dalam sub kelas awan khusus karena bentuk dan ketinggiannya.

Bentuknya unik dan ketinggian bisa bervariasi, mulai dari level rendah, menengah, sampai tinggi. Berdasarkan tempat pembentukannya, awan lenticular dibedakan jadi tiga jenis yaitu;

  1. Stratocumulus Standing Lenticular (SCSL): terbentuk di ketinggian kurang dari 2.000 m.
  2. Altocumulus Standing Lenticular (ACSL): terbentuk di ketinggiannya antara 2.000-7.000 m.
  3. Cirrocumulus Standing Lenticular (CCSL): berada di ketinggian di atas 7.000.

Kemunculannya menjadi sebuah pertanda bahwa suhu udara puncak gunung lebih dingin daripada biasanya. Karena itulah, para pendaki gunung diingatkan untuk berhati-hati saat beraktivitas di gunung.

Terlihat indah dari jauh, tapi sebenarnya membahayakan bagi pendaki gunung

Mengenal Awan Lenticular, Fenomena Alam yang Menyelimuti Puncak Gunung

(foto: pikiran-rakyat)

Pada bulan November 2020, awan lenticular muncul di beberapa gunung di Jawa Tengah dan Jawa Timur seperti Gunung Arjuno, Gunung Welirang, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Lawu, Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.

Dari bawah terlihat menarik, tapi sebenarnya membawa bahaya dan ancaman buat manusia. Para pendaki gunung biasanya sudah paham tentang hal ini. Angin yang bertiup di bawah awan lenticular sangat tinggi kecepatannya.

Awan seperti itu patut diwaspadai untuk para pendaki gunung yang sudah sampai di puncak. Memang cukup indah saat dipandang dari jauh, tapi awan tersebut cukup mengerikan, seperti puting beliung.

Bahkan, orang yang berada tepat di bawahnya bisa goyah ditiup angin lantaran hempasannya sangat kuat. Tidak sedikit tenda-tenda pendaki gunung yang terbang.

Baca juga: Asal Usul Sasando, Alat Musik Berdawai Asli dari NTT

Bisa terbentuk melalui gerakan angin yang telah menabrak pegunungan

Mengenal Awan Lenticular, Fenomena Alam yang Menyelimuti Puncak Gunung

(foto: whatsthiscloud)

Masyarakat di sekitar gunung menyebutnya dengan awan topi, awan kanopi, atau awan tudung karena memang bentuknya seperti tudung raksasa yang menyelimuti gunung.

Kemunculannya bisa dibilang langka karena memang memiliki mekanisme pembentukan yang unik. Pembentukannya adalah melalui gerakan angin yang telah menabrak dinding besar yang menghalangi.

Dinding yang dimaksud adalah pegunungan atau perbukitan yang kemudian membentuk pusaran.

Awannya tampak seperti benda padat karena memang aliran udaranya yang lembap bisa terus menerus mengaliri awan dan keluar melalui permukaan paling bawah.

Dilansir climate4life, awan lenticular adalah sebuah tanda untuk munculnya gelombang gunung yang berbahaya, juga bisa memicu terbentuknya turbulensi dalam penerbangan.

Masih dikaitkan dengan mitos, walaupun tidak ada yang bisa membuktikan kebenarannya

Mengenal Awan Lenticular, Fenomena Alam yang Menyelimuti Puncak Gunung

(foto: lovethispics)

Awannya yang menyelimuti gunung bertahan selama berjam-jam, atau bahkan sampai berhari-hari tergantung kondisi cuaca.

Meskipun penjelasan ilmiahnya sudah diketahui dengan jelas, tapi mitosnya tetap berkembang di kalangan masyarakat.

Untuk masyarakat yang masih banyak menganut kepercayaan seperti nenek moyang, awan yang menutupi gunung sempat dikaitkan dengan gerhana bulan, gempa bumi, atau bahkan hal lain yang bukan peristimwa alam.

Adanya awan yang unik dan aneh yang muncul pada pagi hari di musim kemarau dianggap sebagai pertanda akan adanya orang penting di daerah setempat yang akan meninggal. Tidak ada yang benar-benar bisa memastikan soal mitosnya.

Yang pasti setiap kali awan lenticular terbentuk, netizen selalu lebih bersemangat untuk memotretnya dan membagikan di media sosial dan membuat lebih banyak orang melihatnya.