April 25, 2024

Istilah santet sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Beberapa daerah memiliki jenis sihirnya sendiri.

Konon hal ini dilakukan karena dendam, perebutan kekuasaan, ingin mencelakai orang lain, entah itu sakit, tertekan, atau bahkan sekarat.

Di balik pandangan negatif yang menyertai, sebenarnya ilmu ini sudah ada di Indonesia sejak ratusan tahun lalu. Kegiatan yang berhubungan dengan ilmu hitam juga merupakan bagian dari warisan budaya masa lalu.

Baca juga: Manchineel, Pohon Mirip Apel Beracun yang Bisa Menyebabkan Luka Bakar

Ada yang menganggap santet sebagai kejahatan, tapi ada juga yang netral

Terkait dengan ilmu hitam, praktik santet telah ada selama ratusan tahun di Indonesia

(foto: pinterest)

Kegiatan ini dikenal dengan berbagai istilah, misalnya; sihir (kerajinan penyihir) atau sihir (sihir) dan dikaitkan dengan seni hitam (sihir hitam). Pada umumnya praktek dilakukan oleh dukun atau paranormal.

Pelakunya akan mentransfer energi negatif melalui perantara tertentu kepada orang lain. Ini dapat dilakukan dari jarak dekat atau dari jarak jauh.

Isu ini telah menjadi isu yang banyak diperdebatkan di tengah masyarakat yang heterogen. Ada berbagai perspektif yang muncul.

Ada yang dengan tegas menolaknya karena alasan keyakinan agama dan ada pula yang memandangnya sebagai kejahatan terselubung.

Namun ada juga api yang hanya bersifat netral, dianggap tidak masuk akal dan hanya menjadi wawasan.

Ilmu sihir bercampur dengan kepercayaan seperti animisme dan dinamisme

Terkait dengan ilmu hitam, praktik santet telah ada selama ratusan tahun di Indonesia

(foto: fineartamerica)

Sejarahnya sebenarnya sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Saat itu masyarakat masih menganut kepercayaan tradisional seperti animisme dan dinamisme. Yang lain mengikuti agama Hindu atau Buddha.

Pada zaman Hindu atau Buddha, praktik ilmu-ilmu gaib cenderung terlihat kabur. Bahkan berbaur samar-samar dengan kepercayaan animisme atau dinamisme dalam masyarakat.

Uniknya, ketika Islam masuk ke Nusantara, praktik ini semakin mengemuka. Ada kelompok masyarakat yang memeluk agama Islam tetapi masih melakukan praktik santet.

Karena berbagai motif yang umumnya negatif, pelaku akan mengirimkan benda-benda seperti paku, jarum, pecahan kaca, atau benda tajam lainnya melalui perantara gaib atau mistik.

Baca juga: Jelajahi Chefchaouen, Kota Kuno Maroko dengan Semua Bangunan Biru

Sudah menjadi realitas sosial sehari-hari di berbagai bidang kehidupan

Terkait Ilmu Hitam, Sudah Ada Ratusan Tahun di Indonesia

(foto: paranormal-encounter)

Di tanah air ada beberapa suku yang konon kesaktiannya berasal dari nenek moyang mereka. Dalam hal ini santet menjadi semacam realitas sosial.

Seperti yang dikutip dalam buku A. Masruri yang berjudul Rahasia Santet (2010), pengetahuan ini merupakan warisan dari masa lalu yang masih bertahan di masyarakat Sunda hingga sekarang.

Ini mengacu pada naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang ditulis dari abad ke-6 Masehi.

Ada santet yang disebut teluh yang merupakan perasaan sakit hati, depresi, dan tidak suka yang berusaha dialihkan kepada orang lain.

Di antara sekian banyak daerah di Indonesia, Banten merupakan daerah yang memiliki banyak tradisi ini. Dulu, Banten masih menjadi bagian dari Jawa Barat dan didominasi oleh suku Sunda.

Ternyata di masa lalu praktik santet dilakukan untuk tujuan yang baik

Terkait Ilmu Hitam, Sudah Ada Ratusan Tahun di Indonesia

(foto: alchetron)

Sejumlah kasus terkait santet sempat membuat bingung tenaga medis. Ada pasien yang sakit tapi ternyata tidak ada penyakitnya.

Seolah rasa sakit yang dialami adalah ‘penyakit pelayaran’ yang belum terpecahkan secara ilmiah.

Mengenai istilah kiriman, tahukah Anda bahwa pada zaman patih Gadjah Mada pada abad ke-13, santet digunakan untuk mengirimkan bahan makanan bagi para prajurit yang sedang berperang di medan perang.

Dari jauh makanan dikirim untuk dimasukkan ke dalam perut para prajurit agar tetap kuat dan bertahan hidup.

Namun ketika Belanda datang pada abad ke-17, dukun diundang untuk mentransfer benda tajam ke hewan tertentu.

Setelah diketahui bahwa praktik ini dapat digunakan untuk melukai musuh dalam perang, dukun yang baik disingkirkan. Lambat laun, informasi tentang masalah ini menyebar.

Kemudian ini hanya dikenal sebagai tindakan untuk kerugian, bukan untuk keuntungan.