Maret 29, 2024

Laut Merah di Jazirah Arab adalah salah satu perairan yang banyak memicu rasa penasaran lantaran beberapa faktor.

Selain karena warnanya, laut ini juga terkenal karena pesona alam dan juga sejarahnya. Umat Islam mempercayai bahwa Laut Merah dahulu pernah terbelah oleh tongkat Nabi Musa.

Bangsa Eropa abad ke-20 pernah menyebutnya sebagai Teluk Arab. Sejarawan Herodotus menyebutnya laut yang memisahkan Asia dan Afrika ini sebagai Arabicus Sinus. Inilah beberapa keunikan dari Laut Merah.

Baca juga: Asal Usul Stand Up Comedy, Awalnya Berbentuk Pertunjukan Teater

Memiliki pemandangan laut yang indah tapi juga menyimpan bahaya tersendiri

Laut Merah, Perairan di Jazirah Arab yang Pernah Terbelah oleh Tongkat Nabi Musa

(foto: wismtrek)

Dikenal sebagai Bahr al-Ahmar dalam bahasa Arab, Laut Merah telah memikat para pelancong selama bertahun-tahun dengan pemandangan lautnya yang indah.

Secara geologis, pembentukannya adalah karena lempeng Arab dan Afrika Timur bergeser satu sama lain dan akhirnya pecah sekitar 20-30 juta tahun lalu.

Di sana merupakan rumah bagi karang warna-warni, kehidupan laut yang kaya, dan banyak pohon palem teduh yang mengelilingi pantai. Untuk para penyelam, laut ini di kedalaman sekitar 490 m terlihat menakjubkan.

Tapi, ada juga bahayanya bagi pelaut dan penumpang kapal laut. Badainya terkenal besar, jumlah karangnya banyak, dan ada pulau bawah air yang bisa berisiko menenggelamkan kapal.

Secara berkala warnanya berubah jadi merah karena ada cyanobacteria algae

Keunikan Laut Merah, Perairan Jazirah Arab yang Pernah Terbelah Tongkat Nabi Musa

(foto: feedimarine)

Perairannya mengalir melalui selat sempit Bab-el-Mandeb dan Teluk Aden di selatan untuk terhubung ke Samudra Hindia.

Sekarang, wilayahnya tidak jauh dari Port Said, kota di wilayah Mesir utara dan berbatasan dengan Terusan Suez.

Nama Laut Merah mungkin menimbulkan pertanyaan tersendiri, apakah airnya berwarna merah?

Dilansir dari Live Science, sebenarnya Laut Merah tidak berarti airnya berwarna merah alami. Saat dipotret dari udara, ternyata warna airnya cenderung biru kehijauan.

Tapi, secara berkala warnanya menjadi merah di beberapa bagian. Di sana ada organisme alga bernama cyanobacteria algae atau dikenal dengan Trichodesmium erythraeum.

Ketika alga mati, air laut berubah warnanya jadi merah kecoklatan. Untuk masing-masing wilayah di Laut Merah, warna merahnya tidak sama.

Baca juga: Garam Himalaya, Berbentuk Kristal Pink yang Dianggap Lebih Sehat

Termasuk perairan paling asin di dunia yang menawarkan banyak destinasi wisata

Laut Merah, Perairan di Jazirah Arab yang Pernah Terbelah oleh Tongkat Nabi Musa

(foto: wsj)

Cuaca di sekitarnya cenderung hangat dan terprediksi sepanjang tahun. Tapi selama seminggu di awal Januari terkadang ada badai, begitu juga akhir November.

Selain cuaca, kondisi alamnya termasuk bersahabat. Sejauh ini, perairannya menawarkan banyak destinasi wisata dan industri perikanan yang dikelola beberapa negara yang berbatasan langsung.

Laut Merah juga termasuk perairan yang paling asin di dunia. Penguapannya tinggi dan curah hujannya tiap tahun cenderung rendah. Keanekaragaman hayati yang kaya adalah salah satu aset terbesarnya.

Selain ikan, di sana terdapat banyak tumbuhan mangrove. Tumbuhan ini mampu bertahan hidup dalam kondisi asin karena memiliki kelenjar khusus pada daunnya.

Ada penelitian yang membuktikan kebenaran bahwa Laut Merah pernah terbelah

Laut Merah, Perairan di Jazirah Arab yang Pernah Terbelah oleh Tongkat Nabi Musa

(foto: pinterest)

Dikisahkan bahwa Nabi Musa membelahnya dengan tongkatnya untuk melindungi kaumnya dari Raja Firaun. Sebagai bagian dari mukjizat nabi, terbelahnya Laut Merah terkesan ajaib dan di luar nalar manusia.

Tapi ternyata sejumlah penelitian sudah membuktikan kebenarannya secara ilmiah. Peneliti juga memberikan sebuah hipotesis tentang lokasi berlangsungnya mukjizat Nabi Musa.

Laut Merah yang terbelah ada di sebelah utara negara Mesir. Di sana angin yang bertiup sangat kuat sepanjang malam bisa mendorong sebagian air di pesisir Laut Merah.

Kondisi itulah yang menjadikan lautnya bisa terbelah sampai bisa dilalui oleh kaum Nabi Musa.

Peneliti juga memperkirakan bahwa angin memiliki kecepatan konstan yaitu 63 m/jam dari arah timur ke barat. Angin melalui hampir seluruh wilayah area perairan Mediterania.