April 24, 2024

Maleo senkawor adalah salah satu hewan endemik dari Sulawesi. Habitatnya biasa ditemukan di pesisir pantai atau hutan. Yang menjadikannya unik adalah pola hidupnya yang setia dan selalu bersama-sama pasangan.

Saat akan bertelur, maleo jantan menggali sebuah lubang, dan maleo betina mengawasi keamanan di sekitar. Setelah anaknya menetas, ternyata anaknya harus bertahan hidup sendiri agar terlindungi dari predator maupun manusia.

Hewan ini termasuk pengamat lingkungan yang andal. Sebelum mempersiapkan sarang atau bertelur, induknya biasa mempelajari situasi khususnya kondisi keamanan di sekitar pohon.

Baca juga: Sejarah Korek Api, Dahulu Pernah Menjadi Simbol Status Sosial

Bentuk fisiknya unik dan banyak dipakai untuk identitas beberapa daerah di Sulawesi

Kisah Maleo Senkawor, Burung Unik yang Setia pada Pasangannya

(foto: nationalgeographic)

Maleo Senkawor (Macrocephalon maleo) adalah kekayaan tersendiri bagi alam Sulawesi. Sekilas, bentuknya tampak menarik karena di kepalanya seperti ada sebuah konde.

Bulunya berwarna hitam, kulit di sekitar matanya berwarna kuning, iris matanya merah agak kecoklatan, dan kakinya abu-abu.

Paruhnya berwarna jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah muda. Pada umumnya burung betina memiliki warna lebih gelap dan ukuran lebih kecil daripada burung jantan.

Beberapa pihak pemerintah daerah, seperti kabupaten dan kota di Sulawesi menjadikannya sebagai identitas di daerah dalam bentuk patung, tugu, atau lambang yang terpampang pada seragam dinas pegawai pemerintah daerah.

Perlu usaha ekstra untuk mengeluarkan telur yang ukurannya sangat besar

Kisah Maleo Senkawor, Burung Unik yang Setia pada Pasangannya

(foto: mongabay)

Kebersamaan maleo senkawor jantan dan betina berlangsung sampai betinanya akan bertelur. Maleo jantan menemani pasangannya dari hutan sampai ke tempat yang pas untuk bertelur.

Lokasi untuk bertelur umumnya adalah di pesisir pantai atau di tempat yang panas. Di sanalah keduanya bersama-sama menggali pasir. Tentang proses reproduksinya ternyata memiliki beberapa sisi dramatis.

Setelah bertelur, maleo tidak langsung mengerami telurnya sendiri, tapi lebih memilih untuk mengubur telurnya dalam pasir secara alami sampai menetas.

Mengapa telurnya harus dikubur? Karena memang ukuran telurnya sangat besar dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang termasuk kecil.

Kira-kira ukuran telur maleo 5x lebih besar daripada telur ayam. Bahkan maleo betina bisa sampai pingsan saat mengeluarkan telur yang besar.

Baca juga: Sejarah Teko Blirik, Dari Belanda Sampai Jadi Identitas Petani

Anak maleo yang masih kecil sudah hidup mandiri sejak baru dilahirkan

Kisah Maleo Senkawor, Burung Unik yang Setia pada Pasangannya

(foto: mongabay)

Sesudah selesai bertelur, maka butuh waktu 80 hari agar anaknya menetas. Maleo yang masih kecil pun harus berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari timbunan pasir. Sementara itu, induknya pergi meninggalkan.

Sebagian anak maleo harus mati saat berusaha keluar ke permukaan tanah. Usahanya untuk keluar dari timbunan pasir juga tidak sebentar, yakni butuh waktu 48 jam.

Beda dari anak unggas lainnya yang di sayapnya ada bulu-bulu halus, sayap anak burung maleo terlihat seperti unggas dewasa yang bisa dipakai terbang.

Karena memang nutrisi pada telurnya 5x lipat daripada telur unggas lainnya. Untuk bertahan hidup, maleo memakan biji-bijian, semut, dan beberapa jenis hewan kecil.

Di balik segala keunikannya, maleo senkawor di lingkungan ternyata mulai terancam punah

Kisah Maleo Senkawor, Burung Unik yang Setia pada Pasangannya

(foto: ebird)

Maleo senkawor termasuk hewan yang aktif di siang hari, sedangkan saat malam hari mereka tidur di pohon. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari makan di permukaan tanah.

Sarangnya ada di wilayah yang berpasir dan terbuka, di sekitar pantai, di lereng gunung berapi, atau daerah-daerah yang cenderung

Saat bertemu bahaya, maleo cenderung bersembunyi di tetumbuhan dan bukan melindungi diri dengan cara terbang.

Di balik segala keunikannya, kehidupan burung maleo tidak terlepas dari adanya ancaman karena memang habitatnya perlahan-lahan berubah jadi lahan perkebunan atau permukiman manusia. Telurnya juga banyak diburu oleh manusia.

Selain manusia, ada lagi ancaman yang lain yaitu predator, khususnya biawak. Berdasarkan IUCN (International Union for the Conservation of Nature), status maleo senkawor adalah terancam punah.