April 20, 2024

Selama ini wilayah Tepi Barat Palestina lebih banyak disorot dunia karena konflik dan peperangan mencekam.

Tapi citra suram dan mencekam tidak berlaku di Rawabi, kota metropolitan baru Palestina yang terlihat damai dan makmur.

Identitas dari Palestina cukup banyak terlihat di Rawabi, yakni melalui bendera-bendera yang dipasang di sana.

Pembangunan kota ini dapat mengurangi pengangguran dan diharapkan bisa berhasil memperbaiki kualitas hidup penduduk Palestina.

Kota modern ini juga disebut-sebut menyaingi pemukiman yang dibangun Israel, khususnya di Tepi Barat. Inilah beberapa fakta tentang kota Rawabi.

Baca juga: Sejarah Cakwe, Makanan Tradisional yang Tercipta karena Amarah Rakyat Tiongkok

Kota Rawabi menyediakan fasilitas lengkap dan dapat menyaingi pemukiman Israel

Kota Modern Rawabi di Palestina, Jadi Pesaing Pemukiman Tepi Barat Israel

(foto: tripadvisor)

Pembangunan kota Rawabi adalah bentuk perlawanan Palestina tanpa harus angkat senjata.

Penggagasnya adalah Bashar Masri, seorang pengusaha sukses di bidang real estate. Bashar Masri seolah menawarkan oase untuk kehidupan penduduk Palestina.

“Kami ingin melawan dengan batu bata, bukan dengan peluru,” kata Bashar Masri. Kota Rawabi dilengkapi dengan infrastruktur berkelas dunia menyaingi pemukiman Israel.

Dengan demikian penduduk Palestina tidak lagi ke Israel demi kehidupan layak. Tidak hanya pemukiman, tapi penduduk pun dimudahkan dengan ketersediaan berbagai fasilitas.

Di sana ada pusat perbelanjaan, rumah makan, bioskop, gedung perkantoran, café, rumah sakit, sekolah, dan tempat liburan Wadina seluas 135.000 m2 yang mendatangkan ribuan wisatawan tiap harinya.

Perencanaan kota Rawabi selevel dengan kota metropolitan di Eropa

Kota Modern Rawabi di Palestina, Jadi Pesaing Pemukiman Tepi Barat Israel

(foto: businessinsider)         

Pembangunan kota Rawabi memakan biaya sebesar 1,4 milyar US$ atau sekitar 21 triliun. Arsitekturnya bergaya klasik seperti gabungan antara kota Timur Tengah dan Eropa.

Jalanan dan trotoarnya diaspal rapi dengan ubin dan batu-batu warna cerah. Di sepanjang tepi jalan terdapat besi yang dibentuk khusus dan terinspirasi oleh budaya Palestina di masa lalu.

Perencanaan yang dibuat untuk perluasan lebih lanjut sudah semodern kota besar Eropa.

Akan tetapi, sikap acuh tak acuh dari pemerintah Palestina mempersulit upaya untuk memajukan kota.

Apalagi dengan sikap pemerintah Israel yang cenderung enggan menyaksikan kemajuan di Tepi Barat. Memang untuk proses membangun kota Rawabi untuk menjadi kota modern bukan hal yang mudah.

Baca juga: Kisah Prajurit Wojtek, Beruang yang Ikut Berperang bersama Tentara Polandia

Pembangunannya melibatkan banyak pihak, meski awalnya sempat menuai protes

Kota Modern Rawabi di Palestina, Jadi Pesaing Pemukiman Tepi Barat Israel

(foto: newsweek)

Gagasan Bashar Masri untuk membangun kota metropolitan baru di Palestina sudah muncul sejak tahub 1994.

Butuh waktu bertahun-tahun untuk sekadar mendapat izin pembukaan akses jalan ke Rawabi oleh Israel.

Setelah melakukan kerjasama dan negosiasi dengan pihak yang berwenang, rencana pembangunan kota juga sempat mengundang reaksi protes warga di Tepi Barat.

Setelah menjelaskan gambarang lengkapnya, baru warga dapat menerima.

Pada tahun 2011, Bashar Masri melalui perusahaan Bayti Real Estate Investment Company, akhirnya dapat memulai proses pengerjaan beberapa kontruksi awal kota Rawabi.

Lebih dari 10 ribu orang dilibatkan dalam proyek pembangunan Rawabi.

Karena ada masalah air dan listrik, belum terlalu banyak yang tinggal di sana

 Jadi Pesaing Pemukiman Tepi Barat Israel

(foto: urbanphotoaward)

Ketika deretan gedung di Rawabi selesai dibangun, pesonanya memang sangat terlihat menakjubkan. Jauh berbeda dari sudut-sudut kota di Palestina lainnya.

Kota Rawabi sudah sembilan tahun dibangun. Tapi baru ada sekitar empat ribuan penduduk yang memilih tinggal menetap.

Padahal para pengembang yakin bahwa kota modern Rawabi dapat menampung sampai 40 ribu penduduk.

Salah satu hal yang menyebabkan kurang maksimalnya jumlah penduduk adalah karena masalah air dan listrik untuk kota Rawabi.

Pasokan listrik dan sumber air masih tergantung pada Israel yang berkali-kali memblokir jatah untuk Palestina.

Dengan fakta itulah, calon pembeli atau penyewa membatalkan niat untuk menghuni atau mengontrak ruang kerja di sana.