April 25, 2024

Pulau Lombok memang terkenal dengan alamnya yang begitu indah, misalnya Pantai Seger. Pantai eksotis yang satu ini ternyata juga melekat dengan kearifan  lokal, yaitu legenda Putri Mandalika.

Namanya sudah cukup banyak dikenal, tidak hanya oleh masyarakat NTB dan Indonesia, tapi juga beberapa negara.

Bahkan beberapa film, drama, atau pertunjukan teater berbahasa Sasak atau Inggris pernah dibuat, sekaligus untuk memperkenalkan kekayaan budaya Lombok.

Baca juga: Lagu Anging Mammiri, Menceritakan Kerinduan Seorang Kekasih

Banyak pemuda yang menyukai kecantikan dan keramahan Putri Mandalika

Legenda Putri Mandalika, Cerita Tragis dari Pantai Pulau Lombok

(foto: okezone)

Pada zaman dahulu, konon hiduplah seorang raja dan ratu yang bijaksana dari kerajaan Tanjung Bitu. Kerajaannya sangat tenteram dan rakyatnya makmur.

Suatu hari, ratu melahirkan anak yang cantik dan diberi nama Putri Mandalika. Hari demi hari, sang putri bertumbuh dengan baik dan menjadi gadis yang cantik.

Bukan hanya cantik wajahnya, tapi juga punya sopan santun dan ramah sehingga banyak orang menyukainya.

Saat beranjak dewasa, tentu saja kecantikannya menjadikan para pemuda jatuh cinta. Bahkan pangeran dari kerajaan lain juga banyak yang berniat mempersuntingnya.

Lantaran banyak laki-laki yang ingin melamar, raja sempat mengadakan sayembara memanah di kalangan para pemuda.

Sempat diadakan sayembara memanah untuk menjadi pendamping sang putri

Legenda Putri Mandalika, Cerita Tragis dari Pantai Pulau Lombok

(foto: pinterest)

Sebagai bentuk kebijaksanaan, raja benar-benar menggelar sayembara memanah di pantai Seger, Lombok untuk diikuti para pemuda. Aturan yang diterapkan pun sederhana.

Siapa saja yang bisa memanah sasaran dengan tepat, dialah yang menjadi pendamping sang putri. Semuanya mencoba sebaik mungkin dan ingin jadi pemenang. Walau tetap saja tidak ada pemenangnya.

Pemenangnya  tidak kunjung ditemukan dan para pemuda pun berdebat karena masing-masing mengaku menjadi yang terbaik. Suasananya makin memanas dan perkelahian tidak terhindarkan.

Sebelum jatuh korban, alhasil  keputusan pun berubah. Sang putri diberi kebebasan mengambil keputusan. Untuk menenangkan diri dan mencari petunjuk sebelum memutuskan pilihannya, ia bersemedi sejenak.

Baca juga: Suku Kanibal yang Masih Eksis Hingga Sekarang, Termasuk Papua Nugini

Ada undangan ke Pantau Seger untuk semua pemuda yang telah melamarnya

Legenda Putri Mandalika, Cerita Tragis dari Pantai Pulau Lombok

(foto: pantainesia)

Pulang dari semedi pada tanggal ke-20 dan bulan ke-10 penanggalan Sasak, ia pun mengundang semua pemuda biasa dan pangeran dari berbagai kerajaan yang ingin melamarnya.

Semua undangan berkumpul di lokasi Pantai Seger pada waktu pagi buta, sebelum matahari terbit. Pengawal menemaninya naik ke bukit Seger, kemudian ia ucapkan kata-kata  untuk menyambut para undangan.

Isi ucapannya adalah tentang keinginan untuk melihat suasana tenteram, damai, dan tidak ada perpecahan di kalangan masyarakat Pulau Lombok. Tapi, ada satu hal yang mengejutkan semua orang.

Semuanya, dengarkan aku. Aku mengerti kalian semua mencintaiku. Tapi aku tidak bisa menjadi istri kalian. Aku tidak ingin kalian berperang karena diriku. Aku tidak mau kalian  bersedih. Aku ingin kalian semua memiliki diriku, tapi bukan sebagai istrimu. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa dimiliki semua orang. Aku ingin menjadi Nyale yang kalian semua bisa nikmati bersama…”

Menceburkan diri ke laut dan berubah jadi cacing yang disebut Nyale

Legenda Putri Mandalika, Cerita Tragis dari Pantai Pulau Lombok

(foto: liputan6)

Ia menyadari kalau misalnya ia terima salah satu atau sebagian pemuda yang melamar, maka akan terjadi perselisihan atau perpecahan pada orang-orang yang tidak diterima.

Saat itu, tiba-tiba ia jatuhkan diri ke dalam laut dan hanyut seketika ditelan ombak besar.

Otomatis rakyat pun berniat menyelamatkan dengan cara menceburkan diri ke laut untuk menyelamatkannya. Ia sudah hilang dan tidak ada sedikitpun tanda-tanda mucul ke daratan.

Tidak lama berselang muncullah binatang-binatang kecil yang jumlahnya amat banyak dari dalam laut. Binatang kecil yang muncul adalah cacing yang oleh penduduk setempat dinamai Nyale.

Cacing Nyale dipercaya masyarakat Lombok sebagai jelmaan sang putri. Di kemudian hari, berkembanglah tradisi Nyale atau upacara adat yang sudah melekat di tengah masyarakat Lombok.

Tradisi Nyale festival Bau Nyale.  yang berasal dari legenda Putri Mandalika dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan Februari sampai Maret.