Maret 28, 2024

Ada banyak peristiwa dan sosok penting di Perang Dunia II yang pantas untuk diabadikan sejarah. Sepanjang pertempuran ada banyak orang yang berjuang secara heroik, misalnya Lyudmila Pavlichenko.

Ia merupakan sosok wanita pemberani yang menjadi penembak atau sniper mematikan di barisan Uni Soviet.

Tidak banyak wanita yang bersedia mengambil peran berisiko di garda depan medan perang, tapi Pavlichenko menjadi sejarah tersendiri.

Ia banyak merasakan pengalaman hidup yang menantang dan penuh ancaman untuk membela negaranya.

Lalu seperti apa sebenarnya sosok Lyudmila Pavlichenko yang sempat membuat tentara Nazi ketakutan?

Baca juga: Park Chung Hee, Diktator Pembawa Kemajuan Pesat di Korea Selatan

Menyimpan dendam pada tentara Nazi yang merusak kampusnya

Lyudmila Pavlichenko, Sniper Wanita yang Paling Ditakuti Tentara Nazi

(foto: kiev)

Sejak masih remaja, ia memang sudah terbentuk menjadi wanita tangguh dan kompetitif. Kegemarannya dalam hal olahraga dan berburu membawanya bergabung ke klub menembak di daerahnya.

Meski ia sudah bekerja, menikah, dan punya anak saat baru 16 tahun, tapi ambisinya masih sangat besar. Ia sempat belajar di Universitas Kiev, Ukraina.

Tapi ia terpaksa untuk berhenti kuliah karena kampusnya hancur dibombardir tentara Nazi pada tahun 1941.

Saat itu Nazi Jerman di bawah komando Adolf Hitler juga menyerang beberapa wilayah Uni Soviet. Berawal dari dendam pada Nazi, ia mendaftarkan diri menjadi seorang sniper di Uni Soviet.

Dijuluki ‘Lady Death’ oleh tentara Nazi karena taktiknya yang mematikan

Lyudmila Pavlichenko, Sniper Wanita yang Paling Ditakuti Tentara Nazi

(foto: flickr)

Pertempuran Odessa 1941 menjadi kesempatan baginya untuk melatih strateginya. Selama bertugas, ia menunjukkan daya tahan sekaligus taktik yang berhasil memperdayai tentara Jerman.

Ia menuju ke garis depan tentara musuh lalu kembali di malam hari. Tanpa gerakan, ia bertahan berjam-jam dalam posisi berbaring dan berjaga-jaga sebelum tiba kesempatannya untuk menembak.

Pada Pertempuran Odessa itulah, ia berhasil menghabisi 187 nyawa tentara Nazi, termasuk di dalamnya sniper Jerman.

Peperangan berlanjut di Sevastopol. ia semakin banyak membantai pasukan Nazi yang tercatat sampai 309 jiwa. Sejak saat itu ia dijuluki Lady Death karena taktiknya yang mematikan menjadi ancaman tersendiri bagi tentara Nazi.