April 25, 2024

Sulawesi merupakan pulau di Indonesia yang terkenal dengan beberapa tempat wisata, makanan khas, dan berbagai budayanya. Ternyata pulau ini juga terkenal dengan rempah-rempahnya yang melimpah.

Padahal, salah satu alasan penjajah datang ke Indonesia pada zaman dahulu adalah karena rempah-rempah yang memiliki bentuk dan kegunaan yang beragam.

Rempah-rempah seperti merica, cengkeh, kapulaga, jinten, adas bintang, dan pala adalah bahan umum masakan Indonesia.

Salah satu rempah yang menjadi primadona di kancah internasional adalah pala atau nutmeg Pala. Ternyata kualitas terbaik untuk ekspor berasal dari tanah di ujung utara pulau Sulawesi.

Baca juga: Asal Usul Jabat Tangan, Tradisi Yunani Kuno untuk Perdamaian

Asal usul biji pala Siau berasal dari kabupaten Kepulauan Sitaro

Mengenal Pala Siau, Komoditi Ekspor dari Ujung Sulawesi

(foto: berita)

Beberapa sumber merujuk ke Rute Rempah Nusantara dan buku Persyaratan Indikasi Geografis Pala Siau menyebutkan bahwa Kerajaan Siau didirikan pada tahun 1510 oleh Raja Lokongbanua II (1510-1549).

Pada suatu ketika Kerajaan Siau tunduk dan menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan Ternate. Hal ini tentunya mempengaruhi mobilitas penduduk kabupaten Kepulauan Sitaro.

Jalur perdagangan juga dikatakan turut andil dalam kedatangan benih pala dari tanah Ternate.

Para saudagar yang berlayar ke Ternate membawa berbagai barang dagangan sekembalinya ke tanah Sitaro, termasuk Siau, termasuk buah pala.

Kabupaten Kepulauan Sitaro sendiri memiliki keunggulan di alam. Keberadaan Gunung Karangetang membuat tanahnya mengandung fosfor, kalsium, kalium dan magnesium yang cocok untuk berbagai jenis tanaman keras, seperti pala.

Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi kualitas benih pala yang ditanam di Pulau Siau.

Memiliki kualitas unggul dibandingkan dengan tanah asalnya

Mengenal Pala Siau, Komoditi Ekspor dari Ujung Sulawesi

(foto: indonesia)

Biji pala Siau berwarna coklat dan ditutupi kulit tipis berwarna merah. Kulit tipis ini disebut gada.

Bibit pala yang ditanam di Kabupaten Kepulauan Sitaro ternyata memiliki hasil yang lebih unggul dibandingkan yang ditanam di tanah asalnya, di Maluku.

Sedangkan di Maluku cenderung memiliki ciri buah besar dan berbiji kecil, di Sulawesi berkarakter kecil dengan biji besar. Perlu diperhatikan bahwa harga pala dilihat dari kualitas biji dan fuli, bukan dari ukuran buahnya.

Selain itu, buah pala yang berasal dari pulau Siau ini memiliki ciri khas bentuk yang hampir bulat sempurna dan tidak berkerut, berbeda dengan kebanyakan biji pala yang banyak dijumpai di pulau Jawa.

Aroma biji pala Siau juga unik karena kandungan miristisinnya mencapai 13,19 persen, sedangkan pala dari Banda hanya memiliki miristisin 11 persen.

Minyak atsiri yang dikandungnya juga cukup tinggi dibandingkan pala dari daerah lain, yaitu sebanyak 80-100 persen.

Baca juga: Mengenal Bunga Tabebuya, Tanaman Cantik dan Mirip Sakura

Berperan penting dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat

Mengenal Pala Siau, Komoditi Ekspor dari Ujung Sulawesi

(foto: waktu)

Pulau Siau sendiri pernah menjadi rebutan penjajah dari Uni Eropa pada masa penjajahan di Indonesia.

Dengan kualitas biji pala Siau yang berkembang hingga saat ini, tidak terlalu mengherankan jika biji pala Siau menjadi primadona komoditas ekspor dari Indonesia khususnya di pasar Uni Eropa.

Jika di Indonesia, pala biasa digunakan sebagai bumbu masakan, industri lain juga banyak membutuhkan pala. Contohnya adalah sebagai salah satu bahan baku parfum, kosmetik, dan obat-obatan.

Komoditas ekspor pala dari Sulut sebagian besar berasal dari Kabupaten Sitaro yang menyumbang sekitar 75 persen dari total ekspor pala Indonesia.

Dengan hasil yang dimilikinya, maka pala Siau telah memiliki GIS (Geographical Indication Certificate) yaitu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang karena faktor lingkungan geografis sehingga memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang tersebut. diproduksi.

Negara-negara Uni Eropa membantu meningkatkan kualitas panen pala

Mengenal Rempah-rempah Komoditi Ekspor dari Ujung Sulawesi

(foto: Jawapos)

Dari semua keunggulan dan hasil cemerlang yang diekstrak dari buah pala Siau, ternyata juga menghadapi kendala, mulai dari hama, produktivitas, dan peremajaan tanaman biji pala.

Pala Siau juga memiliki kelebihan kandungan aflatoksin yang memicu penolakan dari pasar Uni Eropa. Tapi, sampai sekarang kamuUpaya peningkatan kualitas masih terus dilakukan oleh berbagai instansi bersama-sama dengan Uni Eropa.

Harga fuli hingga pala di pasar internasional berkisar antara 100 ribu hingga 350 ribu rupiah per kilogram.

Ekspornya cukup luas, mulai dari Belanda, Jerman, Prancis, Italia, Mesir, Rusia, Amerika Serikat, Vietnam, dan Selandia Baru.

Dengan harga yang cukup tinggi dan permintaan yang konsisten, idealnya dapat membantu pemberdayaan perekonomian khususnya di daerah penghasil, di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara.