Maret 28, 2024

UNESCO sebagai badan Khusus PBB yang menangani tentang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan sempat memberi sorotan ke pemerintah Indonesia berkaitan dengan infrastruktur Taman Nasional Lorentz, Papua.

Sempat ada kekhawatiran dari lembaga internasional bahwa proyek pembangunan infrastruktur Jalan Trans Papua bisa berdampak kepada habitat dan upaya perlindungan alam.

Dari poin-poin yang jadi sorotan pihak UNESCO, ada salah satu poin yang merujuk ke hasil penelitian yang menunjukkan kemungkinan matinya pohon Nothofagus karena infeksi yang terjadi sejak 2019.

Kenyataannya, belum banyak yang mengetahui seperti apa pohon Nothofagus di Taman Nasional Lorentz yang sempat jadi sorotan UNESCO.

Baca juga: Parade Kuda Kosong, Kesenian Cianjur yang Bernilai Sejarah

Bisa tumbuh di wilayah hutan Papua dan sebagian di rawa-rawa

Mengenal Pohon Nothofagus di Papua, Menjadi Sorotan UNESCO

(foto: wikipedia)

Pohon Nothofagus termasuk ke dalam family Fagaceae, yang mempunyai 11 jenis dan tersebar di wilayah Papua.

Habitat untuk pertumbuhannya ada di hutan alami, tapi ada juga beberapa yang bisa tumbuh di daerah rawa-rawa misalnya spesies Nothofagus womersleyi.

Pohon yang satu ini mempunyai tepian daun yang rata atau bergerigi. Sementara itu, buahnya berbentuk seperti kacang berukuran kecil, pipih, atau segitiga.

Buahnya terbungkus oleh kupula yang setiap buahnya terdiri dari 2 sampai 7 biji.

Nothofagus dijelaskan cukup banyak di buku Ekologi Papua (2012). Ukuran tingginya kurang lebih 30-35 meter.

Tempat tumbuhnya yang terbaik adalah di daerah terbuka seperti hutan Papua  yang ketinggiannya berkisar 1.500-2.800 meter.

Ada bermacam-macam jenis pohon Nothofagus berdasarkan lokasinya

Mengenal Pohon Nothofagus di Papua, Menjadi Sorotan UNESCO

(foto: menlhk)

Seperti dilansir Mongabay, di Papua ada beberapa jenis dari pohon Nothofagus jika dilihat dari ketinggian wilayahnya. Berikut ini adalah kelompok Nothofagus yang tumbuh di dataran yang tidak lebih dari 900 meter;

  • N. flaviramea
  • N. rubra
  • N. carri
  • N. crenata
  • N. starkenborghii

Sementara itu, berikut ini adalah Nothofagus yang bisa tumbuh di dataran setinggi sekitar 1.500-2.500 meter;

  • N. brassii
  • N. perryi
  • N. Grandis 

Ada lagi N. pullei yang bisa hidup di wilayah yang tingginya di atas 2.800 meter. 

Baca juga: Kisah Yahya Edward, Rela Berkostum Badut Demi Mengajar Ngaji

Punya peran penting untuk lingkungan dan sudah hidup sejak jutaan tahun

Mengenal Pohon Nothofagus di Papua, Menjadi Sorotan UNESCO

(foto: bgci)

Dilihat dari persebarannya di dunia, pohon ini punya peran yang penting untuk lingkungan. Tentunya jauh sebelum berkembangnya umat manusia di sekitarnya.

Mengingat sejarahnya, Nothofagus sudah tumbuh sejak 3 juta tahun yang lalu, yaitu di zaman glasial atau zaman es.

Dahulu, habitatnya bukan hanya di hutan dan perbukitan, tapi juga di tempat yang kini dipakai untuk lahan penduduk.

Tapi, iklim di bumi yang menjadi lebih hangat, persebaran pohon ini berkurang. Sampai sekarang, hidupnya hanya di lokasi yang lebih tinggi dari tempat tinggal manusia.

Dari waktu ke waktu, keberadaan pohon Nothofagus relatif baik-baik saja. Sampai pada saatnya manusia mengembangkan permukiman, perluasan lahan, dan juga proyek infrastruktur jalan.

Banyak ditebang oleh manusia untuk membangun rumah dan membuat perkakas

Mengenal Pohon Nothofagus di Papua, Menjadi Sorotan UNESCO

(foto: globaltrees)

Pertumbuhan pohon Nothofagus pada umumnya didukung oleh curah hujan yang tinggi, sedangkan jika kekurangan intensitas cahaya bisa menghambat pertumbuhan pohon.

Pertumbuhannya menjadi lebih cepat dengan biji, daripada melalui tunas. Pohon ini juga membutuhkan pasokan air yang teratur dari dalam tanah.

Daun-daunnya relatif lambat untuk mengeluarkan air  dibanding jenis tanaman lainnya di pegunungan tengah Papua.

Sayangnya, keberadaan pohon rimbun yang menjadi penyuplai oksigen ini banyak terancam oleh manusia. Masyarakat lokal di Papua banyak menebangnya karena lahannya dipakai bercocok tanam.

Habitatnya di perbukitan bisa berubah jadi padang rumput atau hutan sekunder. Batang kayu Nothofagus juga disukai untuk bahan membangun rumah, perkakas, dan sisanya untuk kayu bakar.

Seiring waktu berlalu, penebangan pohon bisa memicu kerusakannya yang parah.