April 19, 2024

Selalu ada hal menarik setiap mempelajari keunikan berbagai suku bangsa. Misalnya suku Maori di Selandia Baru.

Dikenal sebagai penduduk Polinesia dan juga suku asli di Selandia Baru, sejarah panjang suku Maori berawal di tahun 1300-an.

Ratusan tahun kemudian, budaya suku yang kaya dengan seni dan tradisi ini masih menjadi bagian penting dari identitas Selandia Baru.

Suku yang kebanyakan menetap di wilayah timur Selandia Baru iniĀ  juga dikenal sebagai pelaut ulung.

Selain keunikan budayanya, ternyata suku ini pernah mendapat reputasi yang kurang baik pada abad 18 di mata orang dari luar. Para pelaut asing mempercayai mereka sebagai suku kanibal yang berbahaya.

Baca: Olympus, Gunung Tertinggi di Yunani yang Dianggap sebagai Rumah Para Dewa

Tradisi unik suku ini menjadi bagian dari perjalanan hidup

Mengenal Suku Maori, Penduduk Asli Selandia Baru yang Pernah Jadi Kanibal

(foto: topbeautymagazines)

Salah satu keunikannya adalah cara menyambut tamu. Mereka memberi salam hongi dengan bersentuhan antar ujung hidung.

Hal unik lain yang tak ada di suku lain adalah tarian Haka yang ditampilkan dalam beragam momen spesial. Terlihat seram, tapi Haka menjadi simbol persatuan dan kekuatan suku tersebut.

Selain untuk menyambut tamu, Suku ini juga punya tradisi yang menunjukkan perjalanan hidup.

Mereka terbiasa membuat tato di beberapa bagian tubuh, seperti kaki, leher, dagu, bahkan wajah. Istilah Maori untuk tato adalah ta miki.

Motif tatonya yang terkenal berbentuk spiral. Tato pada umumnya dibubuhkan ketika seseorang telah dewasa.

Tato dipandang memiliki makna yang sakral dan menjadi bagian dari perjalanan hidup.

Suku ini punya cara sendiri untuk membubuhkan tato di tubuhnya, yaitu dengan menggunakan kulit kerang laut atau pisau yang tajam.

Beberapa bahan dari alam seperti sayuran, ulat, dan arang menjadi bahan tinta tato mereka. Khusus untuk tinta arang kayu, mereka biasa menggunakan untuk menato wajah.

Nama Suku Maori baru muncul setelah kedatangan bangsa Eropa

Mengenal Suku Maori, Penduduk Asli Selandia Baru yang Pernah Jadi Suku Kanibal

(foto: pinterest)

Suku ini berasal dari bangsa Polinesia yang bermigrasi dan menetap di Selandia Baru. Mereka kemudian mengembangkan berbagai tradisi dalam masyarakat.

Diketahui, kedatangan orang-orang Eropa ke Selandia Baru di akhir abad 18 mengubah banyak hal.

Nama Suku ini sebenarnya digunakan untuk membedakan orang-orang pendatang dari Eropa dan penduduk asli Selandia Baru saat itu.

Kata Maori dipakai oleh bangsa Eropa untuk menyebut orang-orang Polenesia yang berada di Selandia Baru. Kata maori memiliki arti orang biasa.

Baca: Bisa Bertumbuh, Batu Trovant menjadi Fenomena Geologi Menakjubkan

Sempat ada perlawanan saat bangsa Eropa datang

Mengenal Suku Maori, Penduduk Asli Selandia Baru yang Pernah Jadi Kanibal

(foto: vulture)

Sebelum kedatangan bangsa Eropa, suku pribumi Selandia baru menjalani hidup sesuai tradisi mereka sejak ratusan tahun. Seperti Suku Indian di Amerika, mereka cukup terancam oleh pendatang.

Sempat ada perlawanan dari bangsa mereka. Saat The Boyd, kapal dari Inggris berlabuh pada Oktober 1809, ada anak kepala suku yang terbunuh dalam perlawanan.

Mereka kemudian balas dendam dengan cara menghabisi seluruh awak kapal dengan cara memakannya.

Suku pribumi ini konon meyakini bahwa dengan memakan daging lawan perangnya, mereka bisa mendapat kekuatan dari lawan.

Praktik kanibalisme Maori tidak banyak dicatat dalam sejarah

Mengenal Suku Maori, Penduduk Asli Selandia Baru yang Pernah Jadi Suku Kanibal

(foto: cnn)

Cerita suku ini yang melakukan praktik kanibalisme saat sedang dalam keadaan perang sudah berlangsung berabad-abad. Bukan hanya dengan para pelaut Eropa, tapi juga dengan sesama pribumi.

Tapi praktik kanibalisme Maori bukan karena kebutuhan makanan, tetapi sebagai bagian dari kemarahan setelah pertempuran. Musuh sering ditangkap dan dibunuh kemudian dimakan.

Daripada tubuh itu dibuang, mereka memilih untuk memakannya saja.

Profesor Paul Moon dari Auckland University of Technology menyebutkan bahwa riwayat kanibalisme Suku ini telah tersebar luas di seluruh Selandia Baru hingga pertengahan 1800-an.

Kanibalisme berlangsung selama beberapa ratus tahun hingga tahun 1830-an, meskipun ada beberapa kasus yang tidak terkuak setelah itu. Sebagian besar justru diabaikan dalam teks sejarah Selandia Baru.