April 19, 2024

Setiap negara di dunia memiliki lagu kebangsaan yang menunjukkan semangat kebangsaan. Singapura memiliki lagu kebangsaan berjudul Majulah Singapura yang mengekspresikan semangat persatuan di tengah perbedaan.

Tahukah kamu jika pencipta lagu kebangsaan Singapura adalah orang Indonesia? Pencipta lagu kebangsaan Majulah Singapura adalah Zubir Said yang berasal dari Sumatera Barat.

Pilihannya untuk merantau ke Singapura awalnya merupakan pergolakan batin setelah berseteru dengan ayahnya. Beruntungnya, ia mendapat kesuksesan sebagai musisi di Singapura.

Baca juga: Fakta Unik Gamelan, Instrumen Khas Nusantara yang Terkenal Sampai Mancanegara

Mulai belajar musik dari guru dan temannya di sekolah milik pemerintah Belanda

Mengenal Zubir Said, Orang Minang yang Menciptakan Lagu Kebangsaan Singapura

(foto: gnfi)

Zubir Said adalah putra Minangkabau yang lahir di Bukittinggi pada tanggal 22 Juli 1907. Sejak usianya baru 7 tahun, ia sudah ditinggal wafat sang ibu.

Sebagai seorang anak yang paling tua, ia memikul tanggung jawab untuk merawat tujuh orang adiknya yang masih kecil.

Ayahnya yang bernama Mohammad Said bin Sanang adalah karyawan di sebuah perusahaan kereta api yang dikelola pemerintahan kolonial Belanda.

Di sekolah milik pemerintah Belanda, ia banyak belajar musik dari guru dan temannya. Sejak masih di sekolah dasar, bakat musikalnya sudah terlihat.

Gurunya tergerak untuk mengajaknya belajar cara membaca notasi dan membentuk sebuah kelompok musiknya sendiri.

Pertemanannya dengan orang-orang yang menyukai musik juga menjadikan kemampuannya semakin matang.

Saat remaja, kehidupannya tidak mudah karena harus bekerja membantu keluarga

Mengenal Zubir Said, Orang Minang yang Menciptakan Lagu Kebangsaan Singapura

(foto: esplanade)

Awalnya, Zubir Said mengasah skill memainkan seruling ciptaannya sendiri, kemudian bergabung ke dalam grup musik keroncong di jenjang sekolah menengah.

Selain seruling, ia juga mempelajari alat musik lain yaitu drum dan gitar. Ternyata ia harus menjalani kehidupan yang tidak mudah pada usia remaja.

Ia sudah bekerja sejak masih 18 tahun untuk membantu ayahnya memenuhi kebutuhan keluarga. Ia pernah menjadi seorang buruh pabrik pengolahan batu bata.

Selang beberapa lama, ia lantas diberi kesempatan untuk bekerja menjadi seorang juru ketik.

Walau sibuk untuk mencari nafkah, tapi impiannya di bidang musik tidak pernah berhenti. Ia masih terus memperdalam keahlian memainkan alat musik yang baru, misalnya biola yang jadi favoritnya.

Ayahnya tidak setuju dengan pilihan kariernya, meskipun sudah mulai hidup layak

Mengenal Zubir Said, Orang Minang yang Menciptakan Lagu Kebangsaan Singapura

(foto: esplanade)

Setelah lulus sekolah pada usianya yang ke-19 tahun, ia pun mantap untuk keluar dari pekerjaan sebelumnya dan bermusik secara total.

Beruntungnya, ia dipertemukan dengan pegawai kantor desa yang mengagumi bakatnya dan mendorongnya untuk lebih tekun lagi bermain musik.

Ia pun segera membentuk grup musik keroncong keliling. Dari sanalah ia merintis kariernya sebagai seorang musisi profesional sekaligus mulai menambah pemasukan dari menjadi musisi.

Kelompok musiknya mulai sering diundang pentas ke banyak acara, khususnya di pesta pernikahan, acara pameran, dan berbagai festival yang ramai penonton.

Tampaknya ia mulai mendapat keberuntungan dengan karier musiknya yang memberi penghidupan layak.

Meskipun sudah yakin untuk menekuni musik sebagai kariernya, tapi ternyata ayahnya tidak setuju dengan pilihannya.

Baca juga: Dibangun dengan Teknik Canggih, Nilometer Bisa Memprediksi Perilaku Sungai Nil

Nama Zubir Said justru lebih banyak dikenal di Singapura sebagai seorang musisi andal

Mengenal Zubir Said, Orang Minang yang Menciptakan Lagu Kebangsaan Singapura

(foto: thestraitstimes)

Teman-temannya menyarankan untuk pindah ke Singapura karena di sana saat itu terlihat menjanjikan untuk karier musiknya. Sampai pada akhirnya ia memilih untuk pergi tanpa berpamitan pada ayahnya.

Dengan menumpang sebuah kapal kargo, pada tahun 1928 ia mantap menuju Singapura yang saat itu masih diduduki Inggris.

Nama Zubir Said di Singapura semakin dikenal sebagai seorang musisi andal, sampai ia direkrut perusahaan rekaman asal Inggris yang bernama HMV atau His Master’s Voice.

Meskipun sukses di Singapura, ia tidak lupa pada kampung halamannya. Pada tahun 1941, ia pulang ke Bukittinggi. Saat itu bertepatan dengan pecahnya Perang Dunia II dan pekerjaannya yang sudah selesai di HMV.

Ia tidak sendiri ketika pulang ke Bukittinggi, karena ia juga membawa istrinya yang bernama Tarminah Kario Wikromo. Istrinya adalah wanita Jawa yang juga berkarier di Singapura sebagai penyanyi keroncong.

Sempat bekerja sebagai jurnalis, kemudian menjadi komposer pada film-film Melayu

Mengenal Zubir Said, Orang Minang yang Menciptakan Lagu Kebangsaan Singapura

(foto: wikipedia)

Di tanah air, ia tidak berhenti berkarya. Pemerintah Jepang yang berkuasa di Indonesia sejak tahun 1942 memintanya menjadi penghibur para tentara Dai Nippon.

Tahun 1941-1947, ia tinggal sementara di Indonesia dan sempat merasakan euforia kemerdekaan Indonesia. Tapi, situasi bangsa yang kembali genting mendorongnya untuk kembali ke Singapura.

Begitu kembali ke Singapura untuk kedua kali, ia mengambil pekerjaan berbeda yaitu menjadi fotografer dan jurnalis di media cetak Oetoesan Melajoe.

Pekerjaan barunya memberi peluang lebih banyak untuk mengenalkan karyanya lebih luas.

Keberuntungan masih berpihak padanya. Pada tahun 1949, ia dipercaya menjadi komposer pada film-film Melayu yang diproduksi oleh Shaw Brothers.

Belasan tahun kemudian, ia menghasilkan lebih banyak karya musikal untuk produksi film.

Menciptakan lagu kebangsaan dan diakui menjadi warga negara Singapura

Mengenal Zubir Said, Orang Minang yang Menciptakan Lagu Kebangsaan Singapura

(foto: pinterest)

Di balik semua perjalanan panjangnya dalam berkarya, ia mencapai kejayaan pada tahun 1958. Saat itu ia menggubah lagu Majulah Singapura yang diserahkan kepada Dewan Kota Singapura.

Pemerintah Singapura sedang membutuhkan lagu kebangsaan yang dapat mempersatukan perbedaan. Lagu gubahannya memenuhi kriteria yang dibutuhkan pemerintah.

Sejak tanggal 30 November 1959, lagu Majulah Singapura disahkan menjadi lagu kebangsaan Singapura

Atas segala kontribusinya yang besar, ia diakui menjadi warga negara Singapura pada tahun 1967. Sampai wafat pada 16 November 1987, ia dimakamkan di Singapura.

Dilansir oleh The Straits Times pada tahun 2007, sepanjang hidup, karya yang pernah dihasilkan lebih dari 1.500 lagu, meski sebagian tidak dipublikasikan.

Semua karyanya diciptakan dalam bahasa Melayu. Hal tersebut menjadi sebuah bukti bahwa ia tidak meninggalkan jati diri sebagai orang Melayu dan orang Indonesia.