April 24, 2024

Membahas soal batik di Indonesia memang seolah tidak ada habisnya. Bukan sekadar lembaran kain tradisional, tapi di dalamnya juga terdapat cerminan kekayaan budaya bangsa. Setiap daerah penghasil batik di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri.

Dengan beragamnya budaya daerah di Indonesia, motif batik pun menjadi banyak macamnya. Tidak hanya tentang budaya lokal , tapi ada juga motif batik yang merupakan perpaduan dua budaya seperti batik Lasem.

Motif batik ini terbentuk karena pengaruh budaya Tionghoa yang masuk ke Jawa sejak berabad-abad lamanya.

Baca juga: Legenda Buto Ijo, Raksasa Berbadan Hijau yang Ditakuti Anak-anak

Berawal dari ekspedisi Laksamana Cheng Ho saat mendarat di Pulau Jawa

Motif Batik Lasem, Tercipta dari Kombinasi Budaya Tionghoa dan Nusantara

(foto: unesco)

Sebelum mencari tahu soal keunikannya, coba kita telusuri dahulu sejarah singkatnya. Lasem adalah nama suatu daerah di pantai utara Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Rembang.

Terciptanya motif batik Lasem tidak lepas dari sejarah Laksamana Cheng Ho. Dalam ekspedisinya ke Jawa, Lasem menjadi tempat pendaratan pertama kali.

Bukan hanya menjadi tempat pendaratan pasukan Laksamana Cheng Ho, tapi Lasem juga termasuk salah satu destinasi para imigran Tiongkok ke Pulau Jawa, selain Semarang dan Surabaya sejak abad ke-14.

Selain ekspedisi, misi imigran Tiongkok ke Jawa ada bermacam-macam misalnya mencari suara politik, mengungsi dari bencana, berdagang, dan tentunya demi penghidupan lebih baik.

Sejarah tentang motif batik Lasem diceritakan dalam sebuah naskah kuno

Motif Batik Lasem, Tercipta dari Kombinasi Budaya Tionghoa dan Nusantara

(foto: kompas)

Dalam naskah kuno Babad Lasem (1858) yang telah ditulis ulang oleh Raden Panji Kamzah, disebutkan tentang sosok Bi Nang Un dan istrinya, Na Li Ni yang memutuskan tinggal di daerah Bonang, Jawa Tengah.

Bi Nang Un adalah anak buah kapal Dhang Puhawang milik Laksamana Cheng Ho.

Berdasarkan kisah dalam Babad Lasem itulah, dipercaya bahwa Na Li Ni merupakan orang yang pertama kali menciptakan motif batik Lasem dengan bentuk burung seruni, liong, dan mata uang dengan dominasi warna merah yang ciri khas Tionghoa.

Tapi, masyarakat lokal di Lasem lebih familiar menyebutnya motif darah ayam atau getih pitik. Na Li Ni banyak membatik dan hasilnya dijual pedagang dengan menggunakan kapal ke seluruh penjuru Nusantara.

Batik Lasem dengan warna cerah sudah menembus pasar ekspor sejak abad ke-19

Motif Batik Lasem, Tercipta dari Kombinasi Budaya Tionghoa dan Nusantara

(foto: budayaindonesia)

Ternyata keunikan motifnya juga menarik masyarakat negeri seberang. Pada abad ke-19 awal adalah masa kejayaan batik Lasem yang telah berhasil menembus pasar ekspor sampai ke Singapura, Thailand, Sri Lanka, dan Suriname.

Pada awalnya, warna dan motif batiknyamemang sederhana. Tapi seiring dengan perkembangan zaman, ciri khasnya terlihat cerah dan cenderung mencolok. Warna merah, hijau, dan biru navy adalah yang paling banyak jadi favorit.

Untuk motifnya, batik Lasem banyak dikreasikan dengan beberapa motif hewan dan juga tumbuhan Jawa. Ternyata motifnya masih dibagi lagi menjadi motif Tionghoa dan non Tionghoa.

Motif Tionghoa kebanyakan ditampilkan dengan rupa burung hong, ayam hutan, dan naga. Untuk motif non Tionghoa biasanya berupa tumbuhan sekar jagad, kricak, kendoro kendiri, grinsing, dan lain-lain.

Baca juga: Kain Tenun Sengkang Sulawesi Selatan, Penuh Warna dan Berbahan Sutera

Beberapa sudut kampung di Lasem menjadi sentra para pengrajin batik

Motif Batik Lasem, Tercipta dari Kombinasi Budaya Tionghoa dan Nusantara

(foto: kompas)

Batik Lasem juga pernah memiliki sebutan lain yaitu ‘batik tiga negeri’ karena harus melalui tiga kali proses pewarnaan di tiga kota.

Pewarnaan merah dilakukan di Lasem, warna biru di kota Pekalongan, dan warna Cokelat di kota Solo.

Cara mewarnai yang seperti itu menjadi sebuah keunikan tersendiri. Tidak sedikit cerita-cerita bersejarah tentang batik Lasem, tapi belum tertulis dan sekadar jadi pola turun-temurun.

Keindahan batik Lasem bisa dilihat di beberapa sudut kampung Lasem yang memang menjadi sentra bagi para pengrajin.

Wisatawan lokal maupun internasional bisa memilih motif dan warna yang sesuai selera dari para pengrajinnya langsung.

Harga batiknya juga bervariasi antara 100 ribuan sampai puluhan juta tergantung pada tingkat kesulitannya.

Pamornya sempat menurun, akhirnya berjaya kembali setelah tahun 2009

Motif Batik Lasem, Tercipta dari Kombinasi Budaya Tionghoa dan Nusantara

(foto: clakclik)

Usaha batik pada masanya termasuk paling menguntungkan bagi masyarakat di Lasem. Ribuan pekerja terserap sebagai pengrajin batik.

Pada sore hari, pemandangan di Lasem adalah para pembatik yang pulang dari sanggar kerja sehabis kerja seharian.

Sebenarnya pamor batik Lasem sempat menurun pada tahun 1970-an, tapi akhirnya berjaya kembali setelah batik diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia pada tahun 2009.

Motifnya yang menjadi simbol dari sejarah, budaya, dan alam Jawa-Tionghoa memang sudah selayaknya dilestarikan.

Jumlah motifnya mungkin bisa terus bertambah lagi jika diteliti kembali secara serius. Kabar baiknya, sekarang sudah ada sekitar  21 macam motif batik Lasem yang sudah terdaftar hak ciptanya.