April 19, 2024

Lama dijajah oleh Belanda mengakibatkan Indonesia memiliki cerita sejarah yang panjang dan beragam. Salah satunya datang dari Pieter Erberveld. Namanya memang tidak setenar cerita-cerita lain yang terjadi di Batavia seperti Pitung atau Jampang.

Namun nama Pieter Erberveld diabadikan dalam 3 simbol berbeda. Pemberontak dikutuk untuk Belanda, simbol perlawanan terhadap kolonialisme untuk Jepang dan pejuang kemerdekaan untuk Indonesia.

Pieter Erberveld adalah seorang Indo-Jerman-Siam yang bekerja di Batavia. Ia adalah seorang pengusaha keturunan Belanda-Jerman yang dituduh berkomplot melawan pemerintah Hindia Belanda. B

bahkan hukuman yang dijatuhkan padanya menjadi hukuman paling kejam yang tidak pernah dibayangkan manusia sebelumnya. Seperti apa ceritanya?

Baca juga: Misteri Peta Piri Reis, Menggambarkan Antartika 3 Abad Sebelum Benua Ditemukan

Sosok Pieter Erberveld yang dekat dengan penduduk asli

Kisah Pieter Erberveld, Pria Eropa Yang Dihukum Paling Sadis Pada Masa Kolonial Belanda

(foto: republik)

Pieter Erberveld lahir dari seorang ayah yang merupakan seorang pengusaha kulit dari kota Elberfeld, Jerman dan seorang ibu yang berasal dari Siam (Thailand).

Namun ada juga yang mengatakan bahwa sang ibu berasal dari Jawa. Pieter adalah seorang pengusaha kaya yang tinggal di kawasan elit bernama Jacatraweg, tempat tinggal pejabat Hindia Belanda.

Kekayaannya berasal dari ayahnya, Pieter Erberveld senior yang merantau ke Amsterdam pada tahun 1670. Di sana ia bergabung dengan VOC dan menjadi prajurit kavaleri.

Dikatakan bahwa Pieter Erberveld senior juga merupakan salah satu orang kepercayaan Cornelis Speelman, Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Meski berdarah Eropa, nyatanya ia sangat dekat dengan penduduk asli. Hal ini karena ketidakadilan pemerintah Batavia dalam kasus pertanahan di kawasan Pondok Bambu.

Dia merasa dirugikan ketika pemerintah kolonial menyita ratusan hektar tanahnya karena tanah itu tidak memiliki izin dari pihak berwenang.

Dengan kebencian yang sama, Erberveld mendapat simpati dan dukungan dari penduduk asli. Karena kedekatannya, ia bahkan divonis hukuman tambahan, yakni denda 3.300 ikat beras yang harus dibayarkan kepada pemerintah. B

Bukannya menyerah, ia justru semakin memanas dan membuat hubungan baiknya dengan warga Belanda di Batavia menjadi renggang.

Kerjasama dengan bangsawan dari Banten untuk merencanakan pemberontakan

Kisah Pieter Erberveld, Pria Eropa Yang Dihukum Paling Sadis Pada Masa Kolonial Belanda

(foto: researchgate)

Tidak berhenti sampai di situ, Pieter Erberveld bersama seorang bangsawan dari Banten, Raden Kartadria, merencanakan pemberontakan.

Pada tahun 1721, keduanya berencana untuk membunuh semua warga negara Belanda di Batavia. Ini mereka rencanakan untuk dilakukan pada Malam Tahun Baru 1722 ketika keamanan lemah.

Namun, rencana itu tidak berjalan semulus yang mereka harapkan. Rencana ini bocor karena seorang buddha melaporkannya ke perusahaan.

Alhasil, tiga hari sebelum rencana itu dilaksanakan, Pieter Erberveld, Raden Kartadria dan semua bawahannya yang menghadiri rapat rencana pemberontakan itu ditangkap.

Baca juga: Inilah Perbandingan Kekuatan Militer Amerika Serikat dan China

Menerima hukuman paling kejam yang dijatuhkan oleh pemerintah Hindia Belanda

Kisah Pieter Erberveld, Pria Eropa Yang Dihukum Paling Sadis Pada Masa Kolonial Belanda

(foto: hidup)

Hanya dalam 4 bulan dalam kurungan, Pieter Erberveld, Raden Katadria dan pengikutnya dijatuhi hukuman mati. Eksekusi berlangsung pada 22 April 1722.

Berbeda dengan hukuman mati yang biasanya dilakukan dengan cara digantung atau dipenggal di depan Stadhuis, hukuman mati Pieter Erberveld dilakukan di Desa Kulit Retak.

di dalam buku Betawi, Ratu Timur, Alwi Shahab menggambarkan hukuman mati ini dengan sangat sadis. Kedua kaki dan tangan masing-masing diikat ke kuda.

“Tubuh mereka semua dicincang dan jantung mereka diambil. Kemudian tubuh mereka ditarik oleh empat ekor kuda yang berlari berlawanan arah ke empat arah, hingga patah menjadi empat bagian,” tulis Alwi Shihab.

Kepalanya dijadikan monumen oleh pemerintah kolonial

Kisah Pieter Erberveld, Pria Eropa Yang Dihukum Paling Sadis Pada Masa Kolonial Belanda

(foto: detik)

Kepala Pieter Erberveld juga dipenggal dan ditusuk dengan lembing. Pemerintah kolonial akhirnya membuat tugu yang dipancangkan di depan kediamannya.

Tugu itu dimaksudkan sebagai pengingat bahwa mereka yang berani melawan Belanda akan menghadapi nasib yang sama.

“Sebagai kenangan yang menjijikan atas hukuman pengkhianat: Pieter Erberveld. Oleh karena itu diberitahukan kepada siapa pun, mulai sekarang tidak boleh membangun dengan kayu, meletakkan batu bata dan menanam apa pun di tempat ini dan sekitarnya. Batavia, 14 April , 1722, “tertulis di monumen.

Sejak invasi Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, monumen itu telah dihancurkan, tetapi prasastinya telah diselamatkan. Replika itu akhirnya didirikan kembali.

Sejak tahun 1985, tugu dipindahkan ke Museum Prasasti Jakarta karena tempat berdirinya tugu tersebut kini menjadi showroom mobil.

Sementara itu, daerah tempat pelaksanaan hukuman mati kini dikenal dengan nama Kampung Pecah Kulit. Terletak di dekat Gereja Sion, tidak jauh dari Stasiun Jayakarta.