April 25, 2024

Berbicara tentang penduduk keturunan Jawa di luar negeri, mungkin kita akan langsung teringat dengan Suriname. Ternyata masih ada negara lain yang menjadi tujuan pengiriman orang Jawa sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda.

Tempat tersebut adalah Kaledonia Baru (New Caledonia) yang masih merupakan bagian dari Perancis. Prancis adalah Nouvelle-Calédonie.

Pada tahun 1896, orang Jawa dibawa ke Kaledonia Baru oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bekerja di perkebunan.

Baca juga: 7 Logam Mulia Termahal di Dunia, Bukan Cuma Emas

Orang Jawa pergi ke Kaledonia dengan kapal

Menelusuri Jejak Keturunan Jawa di Kaledonia Baru

(foto: dannoorlander)

Saat itu sebanyak 170 orang yang mayoritas berasal dari wilayah Jawa Tengah diberangkatkan mengarungi Samudera Pasifik dengan kapal Saint Louis.

Berdasarkan cerita dari Widyarka Ryananta, Konsul Jenderal RI di Kaledonia Baru, pada saat itu ada kerjasama antara Pemerintah Kolonial Perancis dan Belanda.

“Nenek moyang kita dibawa oleh pemerintah kolonial Perancis bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda yang saat itu menguasai Jawa. Mereka akan didatangkan sebagai buruh migran di berbagai sektor perkebunan.”

Bekerja di pertanian dan rumah tangga

Menelusuri Jejak Keturunan Jawa di Kaledonia Baru

(foto: ncpedia)

Seperti yang diungkapkan oleh Fidayanti Muljono Larue, penulis buku Imigrasi Jawa ke Kaledonia Baru dari Tahun 1896-1950generasi pertama orang Jawa yang diangkut ke Kaledonia baru menginjakkan kaki pada tanggal 16 Februari 1896.

Sesampai di sana mereka dikumpulkan di semacam shelter, di mana nanti setiap orang yang ‘memesan’ tenaga kerja Indonesia akan datang dan merekrut mereka.

Selain dipekerjakan sebagai koel kontrak di sektor perkebunan, orang Jawa juga digunakan sebagai pembantu rumah tangga.

Tenaga kerja pendatang dari Jawa saat itu lebih disukai di sana karena kemahirannya dalam teknik berkebun, disiplin, taat aturan, dan tidak suka banyak protes.

Setelah dianggap sesuai dengan kinerja dan sikap pekerja Jawa yang dikirim, permintaan pekerja asal Jawa pun meningkat hingga puluhan tahun kemudian.

Bukan hanya soal pekerjaan, ini juga merupakan strategi Belanda untuk mengantisipasi pemberontakan Jawa

Menelusuri Jejak Keturunan Jawa di Kaledonia Baru

(foto: pinterest)

Tidak hanya pada tahun 1896, pengiriman orang Jawa ke Kaledonia Baru yang terletak di barat daya Samudra Pasifik ini terus berlanjut hingga tahun 1943.

Bukan semata-mata untuk tujuan pekerjaan, tetapi sebenarnya ini karena keprihatinan pemerintah Hindia Belanda.

Saat itu pihak Belanda sedang mengantisipasi pemberontakan dari pihak Jawa yang berkembang pesat.

Menurut pemerintah Hindia Belanda, akan lebih baik dan lebih menguntungkan jika tenaga mereka digunakan di tempat lain yang jauh dari kampung halaman.

Baca juga: Mengenal Hiu Kalabia, Hewan Endemik Papua yang Bisa Berjalan

Tidak mudah berada jauh dari kampung halaman

(foto: dalam indonesia)

Mulai tahun 1896 hingga 1948, ada 87 perjalanan dari Jawa ke Kaledonia Baru. Dari awal 170, jumlah yang bekerja di Kaledonia Baru telah berkembang menjadi 19.400.

Rombongan perantau Jawa ini berangkat dengan tekad yang sama yaitu memperbaiki nasib. Tentu banyak hal yang membuat mereka menjadi tantangan.

Lingkungan, budaya, dan bahasa yang berbeda dengan daerah asal membuat mereka kesulitan beradaptasi.

Sebagai bagian dari Prancis, Kaledonia Baru menerapkan aturan berbahasa Prancis untuk rakyatnya. Padahal, para pekerja kontrak yang dikirim ke Kaledonia Baru tidak pernah belajar bahasa Prancis.

Bertahun-tahun menjalani kehidupan yang tidak nyaman, hingga berita kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 menjadi angin segar. Mereka sangat ingin bisa kembali ke kampung halaman.

Setelah Indonesia merdeka, ada yang memilih menetap dan ada pula yang memilih kembali ke kampung halaman

Menelusuri Jejak di Kaledonia Baru

(foto: dalam indonesia)

Setelah Indonesia merdeka, ada ribuan orang Jawa yang memilih untuk kembali ke kampung halamannya di Jawa pada tahun 1948.

Namun, tidak semua orang Jawa kembali. Beberapa dari mereka memilih untuk menetap dan memulai sebuah keluarga di Kaledonia Baru.

Meski beradaptasi dengan budaya dan bahasa setempat, tentu sebagian besar masih berbahasa Jawa hingga bertahun-tahun kemudian.

Jejak orang-orang keturunan Jawa di Kaledonia Baru menjadi warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat setempat. Tidak lagi pekerjaan manual seperti nenek moyang mereka, mereka bisa bekerja di banyak sektor. Ada orang keturunan Jawa yang menjadi dokter, pengusaha, bahkan walikota.