Mei 8, 2024

Huruf braille mewakili angka, huruf, dan tanda baca yang disusun titik-titik sedemikian rupa.

Huruf timbul yang dapat dirasakan melalui ujung jari menjadi rangkaian kode yang dapat dibaca. Braille memudahkan penyandang tunanetra untuk melihat dengan tangan.

Tahukah Anda bahwa ternyata pembuatan huruf Braille telah melalui sejarah yang panjang sebelum akhirnya bisa digunakan di seluruh dunia.

Sosok penemunya adalah Louis Braille dari Perancis yang juga buta sejak kecil.

Baca juga: Uniknya Turritopsis dohrnii, Ubur-ubur Abadi yang Tidak Bisa Mati

Awalnya lahir normal, tetapi pada usia lima tahun tidak bisa lagi melihat

Kenali Louis Braille, Penemu Sistem Penulisan untuk Tunanetra

(foto: pengetahuan sederhana)

Dalam makalah John D. Bullock yang berjudul Kisah Louis Braille (2009), tercatat Louis Braille lahir dalam kondisi normal pada 4 Januari 1809. Sejak kecil ia sering bermain di ruang belajar ayahnya.

Ayahnya adalah seorang pengrajin peralatan berkuda. Di kantor ayahnya terjadi sesuatu yang mengubah jalan hidupnya selamanya.

Suatu hari, dia baru berusia tiga tahun dan dia jatuh saat bermain dengan alat ayahnya. Sayangnya, sebuah alat tajam mengenai mata kanannya. Dia mulai buta di satu matanya.

Setelah penyakit itu oftalmia simpatik serang dia. Mata kirinya juga tidak berfungsi seperti mata kanan. Saat itu dia berusia lima tahun dan tidak bisa melihat sama sekali.

Setelah pindah sekolah, mencari cara membaca dan menulis yang lebih efisien

Kenali Louis Braille, Penemu Sistem Penulisan untuk Tunanetra

(foto: tripadvisor)

Meski tidak bisa melihat, kemampuan berpikirnya sangat bagus. Ayahnya tidak segan-segan memasukkannya ke sekolah negeri.

Namun ternyata ia kesulitan mengikuti pelajaran karena kondisi matanya. Dia masih bisa belajar dengan mendengar kata-kata guru.

Namun ketika ada kewajiban dari kurikulum yang harus dibaca semua siswa, dia terpaksa drop out.

Pada usia 10 tahun, ia menerima beasiswa sekolah di Institusi Kerajaan untuk Pemuda Buta.

Di sana para siswa diajari cara membaca tulisan dengan metode khusus yang dikembangkan oleh pendiri sekolah tersebut.

Namun ia merasa metode di sekolahnya masih sulit dipahami. Dia tidak bisa memahami semua ilmu yang diajarkan karena dia tidak bisa membaca dengan lancar.

Dengan ketekunan dan kecerdasannya, ia memikirkan cara membaca dan menulis dengan lebih efisien.

Baca juga: Tradisi Menikah, Wanita Mosuo Bisa Punya Banyak Pasangan

Kenali caranya menulis malam yang menjadi cikal bakal huruf Braille

Kenali Louis Braille, Penemu Sistem Penulisan untuk Tunanetra

(foto: wikipedia)

Hingga suatu hari sekolahnya dikunjungi oleh Charles Barbier, mantan kapten artileri dari Perancis.

Selama kunjungan, sebuah metode diperkenalkan menulis malamyang merupakan cara untuk mengirim pesan ke orang lain saat gelap.

Kode menulis malam cukup terkenal di kalangan prajurit Napoleon Bonaparte saat pertempuran di malam hari.

Melalui titik-titik yang timbul di atas kertas, orang yang menerima pesan akan dapat memahami isinya.

menulis malam adalah susunan kode yang terdiri dari matriks 12 titik, dua titik mendatar, dan enam titik menurun.

Untuk setiap matriks disusun dengan kombinasi yang mewakili suara tertentu. Dia mulai mengerti cara kerjanya menulis malam, kemudian dia juga menyadari bahwa ini bisa menjadi jawaban untuk orang yang tidak bisa melihat seperti dia.

Walaupun masih banyak kekurangan dalam menulis malaminilah yang kemudian menjadi cikal bakal Braille.

Pemerintah baru mengakui dan mengesahkan Braille setelah kematiannya

Kenali Louis Braille, Penemu Sistem Penulisan untuk Tunanetra

(foto: dcmp)

Pada usia 15, ia berhasil memodifikasi metode menulis malam. Matriks yang sebelumnya terdiri dari 12 poin dipersempit menjadi 6 poin.

Tujuannya agar pembaca dapat memahami setiap matriks dalam satu sentuhan. Itu dimodifikasi sehingga masing-masing matriksnya mewakili huruf alfabet dan bukan suara.

Lima tahun kemudian dia juga menerbitkan buku Metode Penulisan Kata, Musik, dan Lagu Biasa dengan Titik-Titik, untuk Digunakan oleh Tunanetra dan Diaransemen untuknya yang merupakan buku pertama yang ditulis dalam huruf Braille.

Pada tahun 1834 ia mencoba mendemonstrasikan karyanya di depan Raja Louis Philippe. Ia berharap agar raja menyambut baik karyanya sehingga karyanya dapat tersebar luas untuk membantu orang buta.

Namun rupanya sang raja belum mengizinkan temuannya untuk disebarluaskan. Karena belum mendapat izin, hanya segelintir orang saja yang diuntungkan.

Tapi dia tidak berhenti berjuang untuk mahakaryanya sepanjang hidupnya. Dua tahun setelah kematiannya pada tahun 1952, pemerintah Prancis yang baru menyetujui alat komunikasi yang kemudian disahkan sebagai Braille.