April 26, 2024

Di Indonesia, Yogyakarta merupakan salah satu dari sekian banyak daerah yang memiliki beragam budaya dan kesenian daerah. Salah satunya adalah Tari Serimpi. Keunikan tarian ini sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Mataram.

Ini adalah sekitar 400 tahun dan dianggap sebagai tarian yang unik, sakral, dan mistis. Serimpi atau Srimpi Ini dikembangkan oleh Keraton Surakarta dan Yogyakarta, yang merupakan keturunan Kesultanan Mataram.

Masyarakat Jawa Tengah menganggap tarian ini memiliki tingkat kesakralan yang setara dengan pusaka raja-raja zaman Jawa-Hindu.

Baca juga: Kompleks King Fahd, Percetakan Al-Qur’an Terbesar di Dunia

Berawal dari Kesultanan Mataram yang dipimpin oleh pemerintahan Sultan Agung

Keunikan Tari Serimpi, Kesenian Klasik Yogyakarta dengan Nuansa Mistik

(foto: indonesiakaya)

Kemunculan Tari Serimpi dimulai sejak Kesultanan Mataram dipimpin oleh pemerintahan Sultan Agung sekitar tahun 1613-1646 M.

Dulu, tarian ini hanya dilakukan di lingkungan keraton dan menjadi bagian dari ritual kenegaraan.

Oleh karena itu tarian ini dianggap sakral dan mistis. Kemudian ketika Kerajaan Mataram pecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta pada tahun 1775 M, keunikan Tari Serimpi mengalami perubahan gerak dan ciri khas.

Namun esensi dari tarian tersebut tetap dipertahankan. Pada tahun 1778-1820 M tarian ini muncul di Keraton Surakarta.

Sejak tahun 1920 M, Taman Siswa Yogyakarta telah memasukkan tari ini ke dalam kurikulum sekolahnya, tari Krida Beksa Wirama dan paguyuban musik.

Selanjutnya sejak Indonesia merdeka, pemerintah mulai mengembangkan dan melestarikan Tari Serimpi melalui akademi seni tari dan musik di wilayah Yogyakarta dan Surakarta.

Ada beberapa makna filosofis di dalamnya, seperti dibawa oleh mimpi

Keunikan Tari Serimpi, Kesenian Klasik Yogyakarta dengan Nuansa Mistik

(foto: starjogja)

Nama Serimpi mengandung arti wanita dan juga memiliki akar kata pembantu atau mimpi.

Artinya, ketika penonton menyaksikan pertunjukan tari Serimpi, seolah-olah dibawa ke alam mimpi oleh ciri dan gerak para penarinya.

Tarian ini biasanya dimainkan oleh empat orang yang membentuk formasi segi empat.

Jumlah penari melambangkan empat arah mata angin atau empat unsur di dunia, yaitu angin (udara), bumi (tanah), mainan (air), dan gram (api).

Kemudian formasi segi empat melambangkan tiang paviliun. Gerakan yang dihadirkan di dalamnya biasanya terlihat seperti perang antara dua kubu.

Bahkan, tarian ini menggunakan senata sebagai propertinya. Pada masa penjajahan, para penari menggunakan senjata api untuk berjaga-jaga jika Belanda menyerang.

Baca juga: Sejarah Jeans, Hanya Digunakan oleh Penambang

Ada beberapa jenis Tari Serimpi sejak pecahnya Kerajaan Mataram

Keunikan Tari Serimpi, Kesenian Klasik Yogyakarta dengan Nuansa Mistik

(foto: tourismindonesia)

Dalam perkembangannya, Tari Serimpi berubah menjadi beberapa jenis. Hal ini disebabkan adanya perubahan dalam berbagai aspek, antara lain; kostum, alat peraga, jurus, dan juga waktu pertunjukan.

Selain itu, pecahnya Kerajaan Mataram menjadi dua yaitu di Yogyakarta dan Surakarta juga mempengaruhi perbedaan ciri khas tarian ini.

Berikut ini adalah jenis-jenis Tari Serimpi:

  • Serimpi Renggawati yang menceritakan tentang Angling Dharma
  • Serimpi Anglirmendhung dibuat oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I
  • Serimpi Pandhelori ciptaan Sri Sultan Hamengkubuwono VI
  • Serimpi Ludirmadu dibuat oleh Sri Pakubuwono V
  • Kasimpi Merak Serimpi karya Sultan Hamengkubuwono VII
  • Serial Tionghoa yang biasa ditampilkan di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
  • Pramugari Serimpi yang menggunakan Gending Pramugari
  • Serimpi Lima yang berkembang di luar keraton.

Inilah keunikan Tari Serimpi yang masih diminati masyarakat

Keunikan Tari Serimpi, Kesenian Klasik Yogyakarta dengan Nuansa Mistik

(foto: schoolnesia)

Seperti halnya tarian tradisional dari daerah lain di Indonesia, Tari Serimpi juga memiliki ciri khas yang membuatnya diminati oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini. Berikut ini adalah beberapa ciri-cirinya:

  • Di Kesultanan Mataram, kesakralannya dianggap setara dengan pusaka raja-raja masa Jawa-Hindu.
  • Ini memiliki filosofi sendiri dan dipentaskan oleh wanita di keluarga kerajaan.
  • Di masa lalu, itu hanya dilakukan untuk acara-acara sakral di istana seperti upacara kenaikan raja baru.
  • Meski memiliki unsur magis, tidak ada sesajen dalam Tari Serimpi.
  • Memiliki harta berupa senjata.
  • Dikembangkan di luar lingkungan keraton.

Dan itulah sedikit pembahasan tentang Tari Serimpi, seni klasik dari Yogyakarta yang awalnya bernuansa mistis kemudian mengalami cukup banyak perubahan.